Namaku Alam - Leila S. Chudori

Namaku Alam adalah sebuah novel bergenre fiksi sejarah karya Leila S. Chudori. Ini adalah novel kedua karya Leila S.Chudori yang kubaca setelah Laut Bercerita. Sebelum membeli novel ini sebenarnya aku tidak begitu tau banyak tentang novel ini. Aku hanya pernah lihat sekilas postingan instagram yang lewat di berandaku  tentang buku ini yang berlatar tahun 1965 atau masa PKI. Bisa dibilang beli ini hanya karna covernya ga begitu asing dan saat itu lagi ada promo besar-besaran dari salah satu toko buku online yang waktunya hanya sebentar, jadilah aku membeli buku “asal”, takut promonya habis waktu. Saat itu aku membeli 3 buku yaitu Namaku Alam (Leila S. Chudori), Teruslah Bodoh Jangan Pintar (Tere Liye) dan The Dip (Seth Godin).

Novel ini berlatar pada masa orde baru tahun 1965 dan seterusnya. Novel ini menceritakan sudut pandang dari keluarga eks tapol yang dianggap sebagai “pengkhianat negara”. Bagaimana mereka hidup setelah sang kepala keluarga ditembak mati karena  di cap sebagai “pengkhianat negara” hanya karna aktif atau berkaitan dengan PKI. Tidak hanya sebatas itu, kehidupan keluarga dan keturunan yang ditinggalkan menjadi sangat berbeda. Merkea diperlakukan berbeda oleh pemerintah dan masyarakat, tidak bisa bekerja di instansi pemerintahan, dianggap bersalah padahal tidak melakukan apa-apa, harus menyembunyikan identitas dan kesulitan-kesulitan lainnya. Keluarga eks tapol harus menjalani kesulitan-kesulitan dan perbedaan perlakuan tanpa tau alasan mereka diperlakukan seperti itu

Alam adalah tokoh utama  dalam novel ini. Alam memiliki kemampuan photographic memory yang banyak dianggap sebagai sebuah kelebihan oleh banyak orang tetapi sebuah kekurangan atau gangguan bagi Alam. Kemampuan itu memang banyak membantunya terutama dalam mengingat semua buku yang ia baca, membantu kakak dan ibunya mengingat dimana menaruh suatu barang atau keperluan lainnya. Tetapi kemampuan itu juga membuat alam mengingat semua kejadian buruk yang berdampak dalam hidupnya, bahkan kejadian saat ia masih berumur tiga tahun ketika orang tak dikenal menggeruduk rumahnya dan mencari ayahnya yang tak pernah pulang sejak tiga tahun lalu. Lalu mereka mencari anak laki-laki ayahnya, Alam sendiri kemudian menodongkan pistol di kepalanya. Kejadian malam itu terekam begitu jelas di kepala Alam sampai ia dewasa. Dia bahkan bisa menjelaskan dengan sangat rinci kejadian malam itu di hadapan teman-teman sekelasnya saat SMA. Ayah Alam adalah seorang eks tapol yang dianggap sebagai “pengkhianat negara”.

Novel ini menyorot keluarga korban, trauma, dan stigma yang membayangi mereka seumur hidup. Hal yang kusuka selain dari ceritanya adalah. Leila S. Chudori selalu menyelipkan karya-karya sastra seperti lagu, puisi atau buku dalam ceritanya, sama halnya dengan novelnya Laut Bercerita. Jadinya referensi bacaan setelah membaca novel ini semakin banyak dan membuatku sadar, banyak sekali karya karya bagus yang belum kubaca dan baru kutau karna disebut dalam novel ini. Selain itu, cara bercerita dari sudut pandnag pemeran utama dan penjelasan rinci dari Leila membuatku menikmati ceritanya.

 

Sebuah quote di lembar awal novel “Namaku Alam” sebagai penutup tulisan ini

Kepada mereka yang percaya bahwa bercerita adalah bagian dari perawatan jiwa”

Komentar