Karena aku intovert

 Aku, Introvert?

Kata introvert dan ekstrovert merupakan kata yang tidak asing lagi bagi kamu. Karena tipe pribadi introvert atau ekstrovert sangat sering dibicarkan di media sosial terutama saat pandemi covid-19. Banyak konten kreator yang membahas tentang hal ini. Bahkan sekarang dalam perbincangan sehari-hari dengan teman, mungkin kita saling bertanya kita tipe yang mana. Introvert atau ekstrovert

Sebelum cerita kapan aku tau aku adalah seorang introvert, apasih introvert dan ekstrovert itu?

Berdasarkan apa yang aku ketahui, introvert itu adalah tipe orang yang mendapat ide, inspirasi dan energi saat mereka sendiri. Karena itu introvert suka menyendiri karena mereka lebih nyaman sendiri. Namun bukan berarti mereka anti sosial tapi bersosialisaasi mernguras tenaga mereka. Introvert dan antisosial adalah dua hal yang berbeda.

Sedangkan ekstrovert adalah kebalikan dari introvert. Mereka justru lebih senang dan lebih bernergi ketika berkumpul, bersosial atau bersama dengan banyak orang. Mereka bisa mendapat ide ketika berbicara dengan orang lain. Ekstrovert justru kurang suka menghasbiskan waktu sendirian dan biasanya lebih heboh dan lebih bisa menunjukkan perasaannya. Itu adalah penjelasan singkat tentang introvert dan ekstrovert.

Aku mau bercerita tentang bagaimana aku mengenal istilah introvert dan ekstrovert dan menggolongkan aku adalah seorang introvert. Di tahun 2020 waktu awal pandemic istilah ini sedang ramai dibahas. Sebagai seroang anak muda yang juga sedang mencari jati dirinya, aku tentunya penasaran. Tipe yang manakah aku? Awal aku tahu apa bedanya introvert dengan ekstrovert, aku masih bingung menggolongkan diriku, aku merasa aku adalah introvert tapi aku masih suka bersosialisasi jadi aku menganggap diriki adalah ambivert (perpaduan antara introvert dan ekstrovert). Karena menurutku aku masih suka bergaul dengan teman-temanku dan juga suka sendirian. Di Instagram aku mengikuti akun yang berkaitan dengan hal ini.

Sampai pada satu hari aku lihat suatu postingan megatalan ambivert itu tidak ada. Tidak mungkin ada yang 50% introvert dan 50% eksttrovert. Pasti salah satu ada yang dominan, entah itu introvert atau ekstrovert. Yang awalnya aku memang agak merasa aku adalah seorang introvert, aku mencari tahu apakah aku benar-benar introvert atau tidak. Aku melihat ciri-ciri introvert lebih banyak. Aku juga mencoba tes kepribadian. Dari hasil tes kepribadian tersebut, ada yang MBTI dan bukan, semua hasilnya adalah introvert. Bahkan aku ingat ada satu tes yang mengatakan aku 100% introvert. Yaa, aku percaya itu kurang akurat. Karena pada saat itu aku memang di posisi yang sering merasa minder jadi kurang suka bersosialisasi


Tapi aku sudah yakin bahwa aku adalah seorang introvert. Aku tidak pernah merasa suntuk, sepi ketika aku sendirirn. Aku justru menikmatinya. Aku juga tipe orang yang sulit mengungkapkan perasaanku. Biasanya aku hanya menulis diari. Dari begitu banyak ciri introvert yang aku baca, hampir semua relate denganku. Karenanya aku semakin yakin kalau aku adalah introvert. Aalagi semenjak tamat SMA tahun 2021, aku jadi jarang kumpul bareng teman-teman SMAku. Aku hanya dirumah saja. Tapi aku tidak pernah merasa stress karena selalu dirumah atau karena sering sendirian. Aku justru menikmatinya. Menghabiskan waktu sendirian tidak memuatku stress, sedih atau apapun itu. Namun, tetap saja ada kelebihan dari introvert atupun ekstrovert

Karena melabeli diriku sebagai introvert, tidak jarang aku menggunakan introvert sebagai alasan dari kekuranganku. Misalnya “aku ngga pandai berosialisasi karena aku introvert”, “aku ngga bisa public speaking karena aku introvert”. Akhirnya setiap aku tidak bisa melakukan sesuatu, aku jadi bawa-bawa sifat introvert. Suatu hari, aku dengerin youtube atau podcastnya kak Raditya Dika, dia bilang ada banyak orang yang membela diri atas kekurangannya dengan mengatakan kalau di aitu introvert. Karena kalimat itu, aku jadi tersentak dan tersadar kalau aku salah satu dari orang itu. Mungkin itu juga yang menjadi alasanku kurang berkembang. Aku menjadi puas dengan diriku sendiri. Nggak berusaha karena kalau aku nggak bisa, aku tinggal menyalahkan kepribadian introvert. Padahal itu tidak bisa dijadikan alasan. Mampu atau tidaknya kita melakukan sesuatu yang memang bisa dipelajari, tergantung pada kemauan dan usaha kita bukan kepribadian

Terima kasih sudah membaca blog ku kali ini. Feel free untuk berbagi cerita kalian di kolom komentar ya


Komentar