Menerima Hidup

 

Sebagai manusia, sangat wajar jika kita memiliki tujuan, goals atau impian yang kita capai. Impian itu bisa hal hal kecil atau hal yang sangat hebat dan impian setiap orangpun berbeda-beda. Ada yang ingin kuliah ke universitas bergengsi di luar negeri namun tidak jarang juga orang ingin kuliah tanpa memandang di universitas mana. Karena baginya bisa kuliah saja adalah hal hebat dalam hidupnya dan itu membuat dia bahagia. Tetapi kalau dia membandingkan dirinya dengan orang atau temannya yang kuliah di luar negeri dan dipuji oleh banyak orang, dia akan merasa tidak berharga dan apa yang dia capai tidak ada apa-apanya. Tanpa dia sadari dia merenggut kebahagiaannya sendiri dan membenci hidupnya

Ilustrasi di atas mungkin pernah atau sering kita alami. Wujudnya tidak harus sama dengan cerita di atas, bisa juga dalam bentuk yang lain. Bisa saja dalam bentuk peristiwa-peristiwa yang tidak sesuai dengan keinginan atau ekpektasi kita. Tanpa disadari, kadang kitalah yang merenggut kebahagiaan kita sendiri, menganggap banyak hal di hidup kita yang salah, yang seharusnya begini atau begitu. Mungkin juga pernah merasa iri pada orang lain yang kita anggap hidupnya jauh “lebih baik” daripada kita. Atau bahkan bertanya kepada Tuhan mengapa ini terjadi, kenapa bukan seperti yang aku mau. Itu membuat kita stress dan tidak bahagia

Source: Pinterest (https://id.pinterest.com/pin/540361655304534466/)

Satu hal yang menyebabkan kita merasakan hal-hal tersebut adalah tidak “menerima”. Menerima adalah salah satu sikap yang sangat penting dalam hidup. Menerima artinya bisa berdamai dengan status, situasi, keadaan dan perasaan yang sedang dialami. Tanpa bisa menerima, akan sulit bagi kita untuk mengembangkan diri. Kita harus menerima terlebih dahulu sebelum membenahi apa yang kurang atau salah

Kalau kamu bukan orang yang pintar, sadari dan terima kalau kamu bukan orang yang pintar. Sadari semua kekurangan dan kelebihan yang ada padamu, lalu terimalah semuanya itu. Terima kalau kamu kurang bisa mengontrol emosi, pemalas atau apapun itu. Tidak hanya kekurangan, kamu juga harus menerima kelebihanmu. Setelah bisa menerima, kita baru bisa mulai memperbaiki. Menerima bukan berarti kita bisa bilang “gw emank gni”. Tetapi, untuk bisa memperbaiki atau mengubah, kita harus sadar dan menerima apa yang rusak atau apa yang kurang dan lebih. Kemudian baru bisa memperbaiki dan mengubah. Tetapi ingat, bukan untuk menjadi sempurna atau menjadi seperti orang lain. Kita melakukannnya agar menjadi lebih baik dari sebelumnnya. Dan melakukannya untuk diri sendiri dan bukan orang lain

Beberapa hari yang lalu aku menonton sebuah film rohani berjudul “The Shack”. Secara singkat, film ini bercerita tentang perjalanan spiritual seorang ayah yang kehilangan putri bungsunya. Ayah tersebut memiliki tiga anak. Anak pertama seorang perempuan, anak kedua laki-laki dan anak ketiga juga perempuan. Pada satu hari ada anak bungsunya dicuri dan dibunuh. Hal tersebut membuat mereka terpuruk dan tidak pernah bahagia. Bahkan ayah tersebut menyalahkan Tuhan dan membuat hubungannya dengan anak-anaknya menjadi buruk. Itu bisa terjadi karena dia tidak bisa menerima apa yang terjadi pada anak bungsunya. Setelah pada akhirnya dia menerima kejadian tersebut, dia mulai bisa memperbaiki hubungan dengan anak-anaknya dan bisa berbahagia.  

Dari film tersebut, kita bisa belajar bahwa “menerima” keadaan bisa membuat dampak yang sebegitu besar dalam hidup kita. Namun, menerima bukanlah hal yang mudah dilakukan begitu saja, apalagi kedaan tidak begitu berat dan tidak sesuai dengan keinginan dan ekspektasi kita. Kita mungkin jatuh bangun dan membutuhkan waktu untuk bisa sekedar “menerima”. Tetapi kita tidak akan pernah bisa, jika tidak memulai

Kalau menurut kalian gimana? Boleh ditanggapi di kolom komentar atau sampaikan ke Instagram @miracbook

Sampai jumpa di blog selanjutnyaa

 

Komentar